Di tengah wabah Covid-19, puisi coba menjadi ruang altenatif bagi siswa untuk berekspresi terhadap keadaan. Uus Runasih, M.Pd. sebagai Guru Motivator Literasi (GML) membuka mata air perasaan yang mungkin terkurung dalam ruang pikiran siswa jika tidak dibiarkan keluar, mungkin bisa hilang begitu saja tanpa jejak, juga tidak ada penekanan pada makna dari keadaan wabah ini yang seharusnya memberi pelajaran yang tidak ternilai. Maka antologi puisi ini merupakan jejak yang akan memberi penekanan atas makna keadaan yang tidak pernah dibayangkan oleh manusia di belahan bumi mana pun.
***
Puisi-puisi karya Siswa SMPN 1 Rancabungur merupakan ekspresi yang lahir dari pengalaman penulisnya─mengalir begitu saja tak terbendung. Saya tidak ingin masuk pada sudut estetika penyusunan bahasa dalam tiap lirik pada kumpulan puisi yang diisi oleh siswa, manusia-manusia yang sedang berkembang─mengenal ruang ekspresi yang bernama puisi, seperti yang diungkapkan Bu Uus dalam kata pengantar (2022: iii) bahwa buku kumpulan puisi ini adalah upaya mengembangkan budaya literasi di kalangan pelajar, tentu khususnya di SMPN 1 Rancabungur. Oleh karena itu, saya sebagai pembaca mencoba untuk menyelami tiap puisi dengan larut ke dalam pengalaman-pengalaman para penulis yang membentuk tema yang luas─melebihi judul buku ini, Persahabatan Masa Putih Biru.
***
Ketika membaca judul buku ini terlintas pikiran jika isi puisi-puisi akan menggambarkan kisah persahabatan di masa putih biru (Sekolah Menengah Pertama atau SMP). Asumsi itu seketika hilang saat saya membaca tiap puisi, karena puisi-puisi tidak hanya bercerita mengenai sahabat di SMP, berbagai bentuk persahabatan yang pernah terjadi, dalam hidup tiap penulis dituangkan sehingga tema terkesan luas walaupun tetap dalam lingkup pengalaman yang disebut persahabatan.
Dalam puisi karya Rahma Savitri akan kita temukan kerinduan terhadap seseorang (sahabat) yang pernah ada dalam kehidupannya. Di tengah wabah, pengalaman siswa di sekolah dengan teman sebaya tidak begitu erat─kisah pada puisi terbangun oleh cerita yang lampau di luar masa putih biru yang sedang dijalani penulis.
Langit yang tak bosan kembali membiru
Gulita malam yang rindu sang fajar
Tentang bintang yang bergandengan
Menguak kisah sahabat lama
Cerita riang yang kembali mengharu
Tak bosan untuk selalu terdengar
Kembali ku ingat dalam memori
Album lama yang kubuka
Menyita semua yang menggebu
Cerita yang selalu suka
Kini menggenggam rasa rindu
(2022: 8)
Suasana dalam puisi ini terasa menggembu sebagai ekspresi penulisnya. Lirik menguak kisah sahabat lama menunjukkan kerinduan penulis kepada seseorang yang lampau sehingga membuka ingatannya kembali tentang peristiwa yang pernah mereka lewati.
Tidak hanya berbicara rindu dalam buku ini terdapat puisi yang mendeskripsikan peran seorang sahabat dalam kehidupan. Puisi karya Nurmaida Khautsara berusaha mengilustrasikan ingatannya tentang posisi seorang sahabat yang begitu berharga.
…
Ketika tubuhku dipenuhi luka
Kalian sematkan jubah untukku
Menutupi luka dan hinaan orang lain
Ketika aku di pinggiran tebing
Selangkah untuk jatuh
Tangan kalian meraihku
Genggaman kuat itu yang menguatkanku
…
(2022: 15)
Keberadaan sahabat dalam puisi yang menjadi pelindung dan penguat aku lirik. Di tengah hinaan yang dialami aku lirik, sahabat hadir sebagai pelindung dalam puisi digambarkan dalam bait pertama yang dikutip. Pada bait kedua yang dikutip, kesan makna yang ditangkap ialah peran sahabat di tengah keputusasaan dalam menghadapi permasalahan hidup aku lirik dan sahabat kembali menjadi sosok penolong untuk menguatkannya.
Ada pula kekosangan dalam hidup seseorang yang diungkapkan lewat puisi. Begitulah yang terlihat dalam puisi Rizki Irawan. Penulis berkisah tentang aku lirik yang kesepian tanpa sosok seorang sahabat.
Ketika hudupku ini hampa
Ketika bari-hariku sendiri
Aku sunyi
Aku membutuhkan sahabat
Bahkan tidak hanya seorang sahabat
Tapi banyak sahabat
…
(2022: 36)
Ketiadaan yang dirasakan aku lirik dalam puisi tersebut membawanya pada pengharapan. Dalam kehidupan yang dijalani aku lirik, kehadiran seorang sahabat begitu diinginkan. Perasaan sepi yang kuat menyelimutinya, sehingga tidak hanya seorang tapi dia butuh banyak sahabat untuk mengisi kekosongan itu dalam hidup aku lirik.
Keluasan pengalaman para penulis di luar masa putih biru tampak lebih kuat, tercermin dari puisi para penulis dalam antologi puisi ini. Keterbatasan gerak hidup para penulis karena wabah membuat mereka belum punya banyak ingatan antarteman di masa SMP. Faktor tersebut, penyebab pengalaman masa lampau (lebih dari masa SMP) cenderung kuat membentuk ide pengkaryaan. Jarak ruang dan waktu telah menjadi salah satu ide yang kuat dalam kebanyakan karya pada antologi puisi ini. Ada rindu seperti puisi yang telah diuraikan sebelumnya, begitu pun dalam puisi Raisa Adelia Putri.
…
Rindu
Mewarnai hariku
Melebur seluruh jiwa
Untuk kembali bersua denganmu
Pintu mala mini selalu tertutup
Tapi tak satupun terkunci
Dalam penantian
Membuka langit biru bersamamu
…
(2022: 46)
Kisah-kisah yang dapat ditemukan dalam puisi-puisinya membentang keluar dari masa yang sedang penulis lalui. Kekuatan kenangan tentang masa lampau terlanjur memberi dampak yang dalam tidak mungkin dicegah dengan apa pun, termasuk pengalaman virtual yang mencoba hadir untuk menyeka jarak antarteman di masa putih biru. Karena mayoritas penulis masuk SMP di tengah wabah Covid-19.
***
Begitulah ketika membaca puisi-puisi dalam buku ini membawa pembaca pada pengalaman hidup yang mungkin juga dirasakan oleh manusia lainnya, termasuk para pembaca. Para penulis dengan bahasa yang sederhana mengekspresikan persahabatan. Sebagai awal dari proses kreatif, antologi ini akan menjadi batu tapal pengkaryaan para penulis dan motivasi bagi siswa atau siapa pun yang belum mencoba untuk berkarya. Selain itu, buku ini akan menjadi rambu terhadap karya-karya yang akan diterbitkan bahwa proses penyuntingan merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan untuk menghindari kekeliruan tafsir pada teks, terutama dalam puisi.
Nah, kiranya puisi-puisi ini patut dibaca untuk mengingat masa indah persahabatan yang di dalamnya, ada suka, tawa, rindu, dan tak jarang juga air mata. Tidak kalah penting juga buku ini lahir dalam suasana yang mungkin tidak akan kita harapan terjadi lagi; sebuah wabah yang membawa keterbatasan dalam hidup. Selamat membaca!
Tim Gerakan Literasi Sekolah SMPN 1 Rancabungur atau yang biasa disebut GLS mengadakan kunjungan ke Gedung Perpustakaan Nasional Rl dengan bimbingan lbu Yati dan lbu Trisni. Perjalanan dimulai dari Stasiun Kereta Bogor lalu turun di Stasiun Gondangdia, dilanjut dengan jalan kaki menuju Gedung Perpustakaan Nasional RI. Gedung Perpusnas RI merupakan gedung tertinggi di dunia untuk gedung perpustakaan dengan ketinggian 126,3 m dan memiliki 27 lantai plus basement. Terletak di sebelah Monas Jakarta.
Setelah melakukan check-in aplikasi Peduli lindungi di gedung administrasi Tim GLS memasuki lobi gedung, sepanjang jalan ada ruangan di sebelah kanan-kiri yang berisi tentang sejarah literasi Indonesia dan dunia dari jaman dahulu, seperti daun lontar, primbon, dan sebagainya. Selain itu ada lukisan presiden RI dari presiden pertama Soekarno sampai dengan presiden sekarang Joko Widodo, dan di sebelah lukisan tersebut ada buku-buku biografi dari masing-masing presiden.
Usai menitipkan barang bawaan di loker tim naik ke lantai 24 dimana tempat Layanan Koleksi Budaya Nusantara dan Eksekutif Lounge dilanjut menuju lantai 4 Area Pameran dan kantin. Sebelum pulang Tim GLS membuat kartu Anggota Perpustakaan Nasional dengan menyerahkan KK dan kartu pelajar. Menjelang waktu solat dhuhur anggota yang beragama Islam menunaikannya di Masjid Agung Istiqlal, barulah ba’da ashar semua tim melakukan perjalan pulang kembali ke Bogor. Berbeda ketika saat pergi kali ini tim pulang dengan menaiki kereta dari Stasiun Juanda yang mana lebih dekat apabila berjalan kaki. Pukul 07.00 WIB tim sampai di Bogor.
Hanya ada kursi yang diisi mimpinya yang belum terbeli
Kita sepakat, perpisahan selalu jadi alasan paling kuat untuk air mata
Meskipun kita percaya jika pertemuan tak pernah lengkap tanpa perpisahan
Bukankah kita sadar
Sekolah adalah tempat kita belajar merawat tawa
Juga mengelola duka
Tapi air mata tak juga bisa dijaga
Apakah perpisahan perihal jarak?
Atau ketiadaan laku dan suara
Yang membuat kesedihan tak pernah bisa kita seka
Rancabungur, 2 Mei 2022
Puisi ini didedikasikan untuk orang-orang (siswa, guru, ataupun pegawai SMPN 1 Rancabungur lainnya) yang pernah hadir dan kehadirannya menjadi jejak yang tidak mungkin dilupakan.
Di tengah wabah Covid-19, puisi coba menjadi ruang altenatif bagi siswa untuk berekspresi terhadap keadaan. Uus Runasih, M.Pd. sebagai Guru Motivator Literasi (GML) membuka mata air perasaan yang mungkin terkurung dalam ruang pikiran siswa jika tidak dibiarkan keluar, mungkin bisa hilang begitu saja tanpa jejak, juga tidak ada penekanan pada makna dari keadaan wabah ini yang seharusnya memberi pelajaran yang tidak ternilai. Maka antologi puisi ini merupakan jejak yang akan memberi penekanan atas makna keadaan yang tidak pernah dibayangkan oleh manusia di belahan bumi mana pun.
***
Puisi-puisi karya Siswa SMPN 1 Rancabungur merupakan ekspresi yang lahir dari pengalaman penulisnya─mengalir begitu saja tak terbendung. Saya tidak ingin masuk pada sudut estetika penyusunan bahasa dalam tiap lirik pada kumpulan puisi yang diisi oleh siswa, manusia-manusia yang sedang berkembang─mengenal ruang ekspresi yang bernama puisi, seperti yang diungkapkan Bu Uus dalam kata pengantar (2022: iii) bahwa buku kumpulan puisi ini adalah upaya mengembangkan budaya literasi di kalangan pelajar, tentu khususnya di SMPN 1 Rancabungur. Oleh karena itu, saya sebagai pembaca mencoba untuk menyelami tiap puisi dengan larut ke dalam pengalaman-pengalaman para penulis yang membentuk tema yang luas─melebihi judul buku ini, Persahabatan Masa Putih Biru.
***
Ketika membaca judul buku ini terlintas pikiran jika isi puisi-puisi akan menggambarkan kisah persahabatan di masa putih biru (Sekolah Menengah Pertama atau SMP). Asumsi itu seketika hilang saat saya membaca tiap puisi, karena puisi-puisi tidak hanya bercerita mengenai sahabat di SMP, berbagai bentuk persahabatan yang pernah terjadi, dalam hidup tiap penulis dituangkan sehingga tema terkesan luas walaupun tetap dalam lingkup pengalaman yang disebut persahabatan.
Dalam puisi karya Rahma Savitri akan kita temukan kerinduan terhadap seseorang (sahabat) yang pernah ada dalam kehidupannya. Di tengah wabah, pengalaman siswa di sekolah dengan teman sebaya tidak begitu erat─kisah pada puisi terbangun oleh cerita yang lampau di luar masa putih biru yang sedang dijalani penulis.
Langit yang tak bosan kembali membiru
Gulita malam yang rindu sang fajar
Tentang bintang yang bergandengan
Menguak kisah sahabat lama
Cerita riang yang kembali mengharu
Tak bosan untuk selalu terdengar
Kembali ku ingat dalam memori
Album lama yang kubuka
Menyita semua yang menggebu
Cerita yang selalu suka
Kini menggenggam rasa rindu
(2022: 8)
Suasana dalam puisi ini terasa menggembu sebagai ekspresi penulisnya. Lirik menguak kisah sahabat lama menunjukkan kerinduan penulis kepada seseorang yang lampau sehingga membuka ingatannya kembali tentang peristiwa yang pernah mereka lewati.
Tidak hanya berbicara rindu dalam buku ini terdapat puisi yang mendeskripsikan peran seorang sahabat dalam kehidupan. Puisi karya Nurmaida Khautsara berusaha mengilustrasikan ingatannya tentang posisi seorang sahabat yang begitu berharga.
…
Ketika tubuhku dipenuhi luka
Kalian sematkan jubah untukku
Menutupi luka dan hinaan orang lain
Ketika aku di pinggiran tebing
Selangkah untuk jatuh
Tangan kalian meraihku
Genggaman kuat itu yang menguatkanku
…
(2022: 15)
Keberadaan sahabat dalam puisi yang menjadi pelindung dan penguat aku lirik. Di tengah hinaan yang dialami aku lirik, sahabat hadir sebagai pelindung dalam puisi digambarkan dalam bait pertama yang dikutip. Pada bait kedua yang dikutip, kesan makna yang ditangkap ialah peran sahabat di tengah keputusasaan dalam menghadapi permasalahan hidup aku lirik dan sahabat kembali menjadi sosok penolong untuk menguatkannya.
Ada pula kekosangan dalam hidup seseorang yang diungkapkan lewat puisi. Begitulah yang terlihat dalam puisi Rizki Irawan. Penulis berkisah tentang aku lirik yang kesepian tanpa sosok seorang sahabat.
Ketika hudupku ini hampa
Ketika bari-hariku sendiri
Aku sunyi
Aku membutuhkan sahabat
Bahkan tidak hanya seorang sahabat
Tapi banyak sahabat
…
(2022: 36)
Ketiadaan yang dirasakan aku lirik dalam puisi tersebut membawanya pada pengharapan. Dalam kehidupan yang dijalani aku lirik, kehadiran seorang sahabat begitu diinginkan. Perasaan sepi yang kuat menyelimutinya, sehingga tidak hanya seorang tapi dia butuh banyak sahabat untuk mengisi kekosongan itu dalam hidup aku lirik.
Keluasan pengalaman para penulis di luar masa putih biru tampak lebih kuat, tercermin dari puisi para penulis dalam antologi puisi ini. Keterbatasan gerak hidup para penulis karena wabah membuat mereka belum punya banyak ingatan antarteman di masa SMP. Faktor tersebut, penyebab pengalaman masa lampau (lebih dari masa SMP) cenderung kuat membentuk ide pengkaryaan. Jarak ruang dan waktu telah menjadi salah satu ide yang kuat dalam kebanyakan karya pada antologi puisi ini. Ada rindu seperti puisi yang telah diuraikan sebelumnya, begitu pun dalam puisi Raisa Adelia Putri.
…
Rindu
Mewarnai hariku
Melebur seluruh jiwa
Untuk kembali bersua denganmu
Pintu mala mini selalu tertutup
Tapi tak satupun terkunci
Dalam penantian
Membuka langit biru bersamamu
…
(2022: 46)
Kisah-kisah yang dapat ditemukan dalam puisi-puisinya membentang keluar dari masa yang sedang penulis lalui. Kekuatan kenangan tentang masa lampau terlanjur memberi dampak yang dalam tidak mungkin dicegah dengan apa pun, termasuk pengalaman virtual yang mencoba hadir untuk menyeka jarak antarteman di masa putih biru. Karena mayoritas penulis masuk SMP di tengah wabah Covid-19.
***
Begitulah ketika membaca puisi-puisi dalam buku ini membawa pembaca pada pengalaman hidup yang mungkin juga dirasakan oleh manusia lainnya, termasuk para pembaca. Para penulis dengan bahasa yang sederhana mengekspresikan persahabatan. Sebagai awal dari proses kreatif, antologi ini akan menjadi batu tapal pengkaryaan para penulis dan motivasi bagi siswa atau siapa pun yang belum mencoba untuk berkarya. Selain itu, buku ini akan menjadi rambu terhadap karya-karya yang akan diterbitkan bahwa proses penyuntingan merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan untuk menghindari kekeliruan tafsir pada teks, terutama dalam puisi.
Nah, kiranya puisi-puisi ini patut dibaca untuk mengingat masa indah persahabatan yang di dalamnya, ada suka, tawa, rindu, dan tak jarang juga air mata. Tidak kalah penting juga buku ini lahir dalam suasana yang mungkin tidak akan kita harapan terjadi lagi; sebuah wabah yang membawa keterbatasan dalam hidup. Selamat membaca!
Kegiatan US TP. 2021-2022 berjalan dengan sangat baik dan sesuai dengan perencanaan Panitia dan Program Kerjanya.
Melalui monev oleh Pengawas Pembina Kabupaten Bogor, diharapkan kegiatan ini selalu berlangsung dengan kualitas yang prima, dan mampu melahirkan generasi bangsa dengan Profil Pelajar Pancasila dengan kemampuan akademin & non akademik yang luar biasa.